Putih Abu-Abu
Tak terasa 6
bulan sudah gadis mungil dengan tinggi 160 cm, berambut panjang hitam yang
bernama Yuna Karina dan lebih sering dipanggil Yuka ini mengenakan seragam
putih abu-abu di sekolah barunya, SMA Taruna. Kebebasannya lepas dari seragam
putih-biru masih dirasakannya. Disini Yuka telah menemukan kehidupan barunya
yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.
Hari-hari MOS
masih teringat di fikirannya dimana dia beradaptasi dengan lingkungan barunya
dan mulai mengamati keadaan sekitar. Dulu, Yuka masih terlalu culun untuk
mengenal teman-temannya, tapi itu tidak dibawanya lama-lama. Sekarang, dia
telah memiliki banyak sekali teman akrab seangkatannya itu.
Waktu pertama
kali masuk SMA Taruna, orang yang pertama kali dekat dengan Yuka adalah Detta dan
juga Chika sahabat SMP-nya. Jadi, gak heran kalo Yuka sering sekali curhat sama
mereka. Di kelas yang penuh dengan canda tawa dimana cowok dan cewek gak kenal
waktu dan gak kenal gengsi, semua kompak sejiwa dan sehati, tepatnya di kelas
10-D ini lah tempat yang membikin senyum menghiasi wajah Yuka. Namun, hanya
satu cowok di kelasnya yang membikin Yuka lebih bahagia, yaitu Dhanta cowok idamannya.
Dhanta adalah
cowok keren, baik, lucu dan banyak disukai oleh cewek-cewek se-usianya. Dhanta
sudah menjadi sahabat dekat Yuka sejak kelas 1 SMP begitu juga Yuka sudah
menyukai sahabat lakinya itu sejak kelas 1 SMP. Begitu tau Yuka diterima untuk
masuk SMA Taruna, hal yang paling membuat Yuka bahagia bukanlah karena dia
sendiri melainkan karena Dhanta yg juga diterima untuk masuk SMA Taruna. Lebih
bahagianya lagi, waktu Yuka tau bahwa Dhanta juga sekelas dengannya.
“Hei Yuka,
ngapain sih lo?!” Yuka tersadar dari lamunannya saat Detta menghampirinya,
“Enggak kok, nggak ngapa-ngapain. Gue cuma nungguin lo aja dari tadi”.
“Nungguin apanya, dari tadi gue panggilin nggak mengo. Ngelamun ya? Pasti
ngelamunin Dhanta, ya kan?” tanya Detta yang sudah tahu semua tentang Yuka dan
Dhanta. “Apa-apaan sih lo! Enggak ah, orang dari tadi gue gak ngapa-ngapain
bener!” sahut Yuka malu-malu. “Haha okedeh, terserah kata lo aja” tanggap
Detta.
“Yuka, ada PR
matematika kan? Lo udah ngerjain belom? Kalo udah, nyontek dong!” seru Dhanton
yang tiba-tiba datang menepuk bahu Yuka. “Ah kebiasaan banget sih lo! Gak
pernah ngerjain PR, selalu nunggu pekerjaan gue buat dicontek. Ini SMA woy,
bukan SMP yg bisa seenaknya aja” bentak Yuka. “Udah deh, bukan saatnya
nyeramahin gue. Sekarang gue pinjem buku lo, nanti istirahat gue balikin,
oke?”. “Okelah, terserah lo aja”. “Haha... makasih sayang” goda Dhanta yang
bikin muka Yuka memerah malu.
Yuka dan
Dhanta memang saling menyukai meskipun mereka tidak saling mengetahui satu sama
lain, tapi mereka membuat seolah mereka hanyalah sahabat dekat semata. Kelakuan
Dhanta yang nyantai dan lucu malah membikin suasana persahabatan mereka jadi
indah, inilah yang membikin Yuka semakin menyukai Dhanta. Juga kelakuan Yuka
yang gampang marah dan gampang ketawa justru malah membikin Dhanta makin suka menjailinya.
Setibanya waktu istirahat......
“Eciiyyeee... makin deket aja lo sama Dhanta.
Ngapain gak pacaran aja sih?” ucap Chika. “Iya nih, gue juga gak tau kenapa
Dhanta akhir-akhir ini sering perhatian sama gue. Tapi kalo pacaran enggak dulu
deh chik” balas Yuka. “Sejak kapan Dhanta berubah sikap sama lo?” tanya Detta
yang tiba-tiba penasaran. “Sejak SMA, sejak dia punya banyak fans disini”.”Wah
ati-ati lo, biasanya cowok bisa berubah sikap gara-gara punya banyak fans” kata
Detta hati-hati. “Iya, gue bakal inget kata-kata lo. Tapi gue yakin kok kalo
Dhanta gak gila ketenaran kayak gitu” sahut Yuka.
Hari silih
berganti dilalui Yuka bersama teman-temannya, juga hubungan Dhanta dan Yuka
yang semakin lama semakin erat. Sikap Dhanta sudah tidak menunjukkan
kelucuannya sebagai seorang sahabat seperti dulu, melainkan sikapnya yang
sekarang lebih perhatian, serius, dan misterius. Yuka yang merasakan perubahan
Dhanta menjadi selalu salah tingkah. Yuka bingung harus berbuat apa, selain dia
merasa kehilangan dengan sikap Dhanta yg dulu, Yuka juga senang dengan sikapnya
yang sekarang selalu membuatnya berbunga-bunga.
“Eh lo yakin
mau nerima sikap Dhanta yang sekarang?” tanya Chika. “Nggak tau juga ya chik,
gue ngerasa kehilangan tapi disisi lain gue juga seneng liat perhatiannya ke
gue” jawab Yuka bingung. Chika memang sudah mengetahui betul sikap Dhanta yang
sebenarnya. Selain dia sahabat Yuka dari SMP, Chika juga sudah mengetahui dan
mengenal Dhanta. “Iya nih, kata lo Dhanta dulu itu lucu dan jail, tapi sekarang
kok jadi aneh gini sikapnya ke elo?” sahut Detta tiba-tiba. “Udah ah gak usah
ngomongin itu mulu, aku mau jalanin aja dulu ngikutin arus” kata Yuka. “Eciiee,
okedeh gue terserah lo aja, yang jalanin hubungannya nanti kan juga elo. Gue
tetep dukung lo sepenuhnya” balas Detta.
Sekolah usai...
Setibanya Yuka
di rumah, ia langsung menuju kamar untuk beristirahat. Sebelumnya, Yuka
membongkar semua isi tasnya dan ditemukannya secarik kertas lucu berwarna biru.
Yuka bingung kertas apa itu, seingatnya dia sama sekali tidak memasukkan kertas
apapun kedalam tasnya. Dibukanya kertas itu dan dibacanya_ “Besok aku tunggu di halaman belakang seusai
sekolah. Ada hal pengting yang mau aku bicarain. Salam sayang, DHANTA J ”.
Yuka tercengang saat tersadar bahwa secarik kertas lucu itu adalah surat dari
Dhanta. Gak seperti biasanya Dhanta
ngomong pake surat kayak gini,pasti hal ini benar-benar sangat penting,
batin Yuka.
Keesokan harinya...
Yuka bingung
akan sikap Dhanta yang sangat aneh. Hingga saat ini Dhanta sama sekali belum
menyapa Yuka, bahkan mencoba melihat Yuka sedikitpun tidak. Yuka menjadi
sedikit takut, dia takut kalau ternyata hal penting yang akan dibicarakan
Dhanta bukanlah hal yang membahagiakan melainkan hal yang menyakitkan bahkan
sangat menyakitkan.
“Dhanta ngajak
lo ketemuan lewat surat? Gak biasanya dia kayak gitu, baru tau ini malah” tanya
Chika keheranan. “Makanya itu gue juga bingung, gue harus gimana nih sekarang?
Gimana kalo yang diomongin Dhanta itu nyakitin gue?”. “Udah deh jangan negative thinking dulu, bisa aja ini
cuma tak-tik nya si Dhanta buat bikin lo penasaran” kata Detta. “Tapi gue
takut, gak biasa bahkan gak pernah liat Dhanta kayak gini ke gue” jawab Yuka
takut. “Iya, bener kata Detta, kamu jangan nevthink
dulu. Datang aja nanti lo ke halaman belakang, nanti pasti lo tau jawaban dari
semua kebimbangan lo itu.” Ucap Chika.
Bel berbunyi
tanda waktu pulang sudah tiba, ini membuat Yuka semakin gemetaran. Seusainya
merapikan tasnya, dengan gugup Yuka berjalan menuju halaman belakang. Setibanya
di halaman belakang, dilihatnya Dhanta yang ternyata sudah menunggu kedatangan
Chika.
“Hei Yuka, kok
baru dateng sih?” tanya Dhanta tiba-tiba. “S-s-sorry, gue tadi ada urusan dulu
sama si Detta. U-u-udah nunggu lama?” kata Yuka terbata-bata. “Enggak kok,
sekitar 10 menit doang” ucap Dhanta. “Ehhmm yuka, gue mau ngomong sesuatu sama
elo” kata Dhanta yang membuat hati Yuka semakin deg-degan. “Ngomong apa Dhan?”
tanya Yuka. “Sebenernya gue udah lama suka sama elo, dan udah saatnya gue jujur
sama elo kalo gue mau lo jadi pacar gue”. Hati Yuka mencelos begitu mendengar
perkataan yang keluar dari mulut Dhanta. “A-apa? E-elo suka sama gue? J-jangan
bercanda deh Dhan..” sahut Yuka yang berpura-pura santai. “Enggak, gue nggak
bercanda, gue serius suka sama elo, gue sayang sama elo, lo mau kan jadi pacar
gue?”. “Tapi dhan, kita udah lama jadi sahabat, apa lo yakin kita bisa
pacaran?”. “Kenapa enggak? Gue serius sayang sama elo”
Detik demi
detik berlalu, akhirnya Yuka pun menjawab pertanyaan Dhanta, “Sebenernya, gue
juga sayang sama lo dari dulu tapi gue fikir lo nggak pernah punya perasaan
apapun sama gue”. “Kalo lo sayang sama gue, berarti lo mau kan jadi pacar gue?”
tanya Dhanta secepatnya. “I-i-iya, gue mau jadi pacar lo” jawab Yuka malu-malu.
Dan mulai saat itu juga, hubungan mereka yang dulunya hanya sebagai sahabat
dekat, kini telah menjadi sepasang kekasih. Hal ini sangat-sangat membuat
keduanya terlihat bahagia.
Keesokan harinya di sekolah...
“Apaaa?! Lo
jadian sama si Dhanta?! Pantesan dari tadi gue lihat lo bahagia banget!” seru
Chika kaget saat mendengar cerita dari Yuka. “Tuh kan apa gue bilang, jangan nevthink dulu, belom tentu itu berita
buruk buat elo” sahut Detta. “Haha iya nih gue seneng banget! Tapi gue bingung,
rasanya kita jadi canggung gini ya?”. “Biasanya sih emang gitu, tapi ati-ati
aja deh bisa-bisa lo gak betah canggung terus-terusan” ucap Detta.
Sebulan sudah
hubungan mereka terjalin, namun Yuka merasa tak sebahagia waktu mereka masih
menjadi sahabat. Bagi yuka, hubungan ini malah membuat mereka menjadi canggung,
kaku, dan tertutup. Hal ini sungguh membuat Yuka merasa tak nyaman. Jujur saja,
Yuka sudah bosan. Ia merindukan Dhanta yang dulu, Dhanta yang terbuka dan bisa
berbagi cerita dengannya dan juga biasa tertawa lepas dengannya.
Begitu pula
dengan Detta dan Chika. Mereka ternyata juga merindukan kelucuan dan keakraban
Yuka dan Dhanta saat masih bersahabat. Mereka rasa, dulunya kelas selalu
diramaikan dengan canda tawa juga tengkar Yuka dan Dhanta, namun sekarang kelas
serasa sepi dan membosankan dengan pacarannya Yuka dengan Dhanta.
“Kamu yakin
mau mutusin si Dhanta?” tanya Detta. “Yakin, sepertinya aku lebih bahagia
bersahabat dengannya” jawab Yuka. “Iya deh, mending kamu putusin aja si Dhanta.
Bukan karena apa-apa, tapi aku gak suka lihat kalian jadi canggung kayak gini”
sahut Chika. “Iya deh chik, aku akan akhiri semuanya. Aku mau semua kembali
seperti dulu”. “Kapan kamu rencana memutuskannya?” tanya Detta. “Besok”
jawabnya.
Keesokan harinya...
“Dhanta, nanti jam 12.00 kita ketemuan di
restoran biasa yaa” Dhanta membaca sms dari Yuka dan segera bersiap-siap
setelah mengetahui bahwa sekarang sudah pukul 11.30, dia tidak boleh terlambat.
Dengan kemeja kotak-kotak hijau dan celana jeans hitam pensil yang dikenakannya,
Dhanta pergi menemui Yuka dengan percaya diri.
Setibanya
disana, dia melihat Yuka yang tampak cantik mengenakan shortdress anggun. Lalu ditepuknya bahu pacarnya itu “Hai sayang,
udah lama nunggu?”. “Eh, belum kok. Aku baru tiba disini sekitar lima menit
yang lalu” kata Yuka. “Ada acara apa kok tumben kamu mengajakku bertemu?” tanya
Dhanta segera. “Iya nanti aku bicarakan, sekarang kita makan dulu aja” kata
Yuka basa-basi.
“Dhanta, aku
mau bicara sesuatu sama kamu” kata Yuka yang akhirnya membuka mulut. “Bicara
apa?”. “Ehmm jadi gini, a-aku rasa aku udah bosen sama hubungan kita yang
canggung kayak gini. Aku merasa jauh lebih nyaman sama kamu yang dulu saat kita
masih jadi sahabat” jelas Yuka ragu-ragu. “Jadi kamu udah nggak cinta sama
aku?” sahut Dhanta. “Eh bukannya gitu, aku lebih bisa terbuka sama kamu yang
dulu aja. Kita bisa santai, enjoy, nggak kaku kayak sekarang. Jujur aku rindu
sama tawa dan tengkar kita yang dulu.” Jawab Yuka segera. “Jadi mau kamu
gimana?” tanya Dhanta. ”Mau aku, kita akhiri saja semua hubungan kita dan kita
jalin hubungan persahabatan seperti dulu.”
Panjang lebar
penjelasan dari Yuka, akhirnya Dhanta pun bisa menerimanya. Dhanta setuju untuk
mengakhiri semua hubungan mereka. Mereka memutuskan untuk kembali menjadi
sahabat dekat seperti dulu. “Mungkin perasaan cintaku sama kamu bukanlah
sebagai seorang pacar melainkan rasa cinta terhadap sahabat. Asal kamu selalu
menemani aku, hanya sebagai sahabat pun aku jauh lebih bahagia” kata Yuka pada
Dhanta. “Iya aku mengerti, aku berjanji akan merubah sikapku yang membuatmu
merasa nggak nyaman. Aku juga janji buat selalu nemenin kamu dan support kamu
dari belakang meski hanya sebagai sahabat” ujar Dhanta.
Keesokan
harinya, Yuka dan Dhanta menjalani hari bahagia seperti dulu. Dhanta telah
kembali sebagai Dhanta dengan jati dirinya yang dulu. Canda tawa juga tengkar
menghiasi persahabatan mereka kembali. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik
untuk mereka. Jalan cerita Yuka dan Dhanta kembali berakhir dengan persahabatan
yang sudah mereka jalin sejak dulu hingga sekarang dan selamanya..
0 komentar